Minggu, 22 Januari 2012

Upacara Dewa Maseraman

Pada dasarnya kebudayaan merupakan suatu karya atau buah budi dari sekelompok manusia. Hasil karyanya tersebut sekaligus merupakan sistem nilai yang dihayati oleh kelompok manusia bersangkutan. Di Bali, kehidupan kebudayaan dengan Agama Hindu selalu tampak bersinergi dan merupakan satu kesatuan yang utuh tak terpisahkan. Dalam kaitan prosesi keyakinan, masyarakat Bali sering menganut pahan yang bersifat dogmatis, jalinan dalam adat istiadat serta mempercayai apa saja yang dipercayai dan diwariskan oleh nenek moyangnya. Keyakinan masyarakat adalah sistem tingkah laku manusia untuk mencapai suatu maksud tertentu dengan cara menyadarkan diri pada kemauan dan kekuasaan makhluk seperti roh, dewa, dan sebagainya (Suwandi, 1997:276). Apa yang dilakukan oleh masyarakat tersebut semua atas dasar keyakinan dengan mengacu pada konsep tentang hal-hal yang gaib dan keramat tanpa berani mengurangi apalagi meninggalkan tradisi yang diwarisi dari nenek moyangnya.    

Desa Paksabali salah satu desa pekraman di Bali memiliki ritual keagamaan sangat unik yang dinamakan “Upacara Dewa Maseraman”. Upacara ritual ini dilaksanakan 6 bulan sekali, bertepatan dengan hari raya Kuningan yang dilaksanakan di Pura Panti Timrah. Upacara sakral ini secara kronologis diawali dengan mempersiapkan sarana dan menghias tempat upacara yang dilaksanakan oleh warganya sehari sebelum upacara dilaksanakan. Pagi pada hari upacaranya (Tumpek Kuningan) warga memendak/nuur Ida Betara (menjemput) jempane (tempat berstananya dewa) ke masing-masing keluarga yang bertempat di berbagai arah wilayah desa. Perlu diketahui, bahwa ada tujuh jempana di desa Paksabali yang disimpen (disimpan/ditempatkan) di merajan (pura keluarga) masing-masing. Kemudian semua jempane berkumpul di Pura Panti Timrah sambil menunggu proses selanjutnya. Sementara ida betara melinggih di pura (para dewa istirahat di pura), warga masyarakat nunas paica  (makan / berkah para dewa) bersama-sama di jabe pura (halaman luar pura). Nunas paica ini dulu diutamakan anak-anak, namun sekakarang sudah membaur bersama-sama orang dewasa dengan sistem makan megibung (makan bersama dalam satu tempat, biasanya terdiri atas 4 orang dalam satu tempat makan). 

Bagi anda yang berminat melakukan wisata budaya dan religi tidak ada salahnya mengikuti setiap prosesi yang dilangsungkan dalam upacara ini. 

Lokasi Upacara : Pura Panti Timrah, Desa Paksebali, Klungkung, Bali

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More